Beranda | Artikel
Doa Meminta Kematian
Senin, 28 September 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah

Doa Meminta Kematian adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Al-Adabul Mufrad. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. pada Senin, 26 Muharram 1442 H / 14 September 2020 M.

Kajian sebelumnya: Doa Agar Istiqamah

Ceramah Agama Islam Tentang Doa Meminta Kematian

Kita masuk ke bab no. 290, bab yang sangat berkesesuaian dengan kondisi kita saat ini, yaitu bab doa meminta kematian. Terkadang manusia tatkala dalam kesulitan, ditimpa penyakit, terkena musibah, terjepit dengan hutang, yang ada dalam benak dia adalah menyelesaikan semua itu dengan mengakhiri hidupnya. Peristiwa demi peristiwa yang dilewati oleh kita, informasi tentang fulan bunuh diri dan fulan bunuh diri.

Hadits 687

Imam Bukhari menyebutkan sebuah hadits, dia mengatakan: Telah mengajarkan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah mengajarkan kepada kami Yahya, dia meriwayatkan dari Isma’il, ia berkata: Telah mengajarkan kepadaku Qais, Qais berkata: Suatu hari aku mendatangi Khabbab.

Khabbab adalah salah satu sahabat Nabi yang bagaimana dia mempertahankan keislamannya sehingga dia sempat dipanggang oleh orang-orang musyrikin. Dipanggang sampai api yang memanggang itu padam dikarenakan minyak yang keluar dari tubuhnya Khabbab. Khabbab berumur cukup panjang. Dia dikunjungi oleh sahabatnya, dan pada waktu itu kata Qais bahwa Khabbab sudah berobat dengan Kay, dengan cara terapi besi panas sebanyak 7 kali atau 7 titik. Lalu dia mengatakan:

لَوْلاَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَانَا أَنْ نَدْعُوَ بِالْمَوْتِ ، لَدَعَوْتُ بِهِ

“Andaikata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melarang kami untuk berdoa memohon kematian pasti aku doa meminta kematian.”

Diwayatkan:

لَقَدْ طَالَ سَقْمِي

“Sakitku sudah panjang.”

Berkaitan dengan doa meminta kematian, jelas dilarang oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kenapa? Ini yang akan kita bahas. Yaitu karena tidak sedikit orang-orang sudah sepuh yang mungkin dia sudah sakit-sakitan dan penyakitnya sudah menahun, dalam benak dia mati itu istirahat. Atau keluarganya yang merasa terbebani merawat bapaknya, merawat ibunya yang mungkin sudah tua renta dengan penyakit yang sangat merepotkan keluarga, mereka berfikir kalau bapaknya mati, ibunya meninggal dunia, maka bapak ibunya istirahat, padahal yang ingin istirahat adalah anak yang sedang merawat orang tuanya.

Kenapa dilarang? Panjangnya umur seorang mukmin yang beramal shalih di dalamnya itu lebih baik daripada kematian. Kematian itu memutuskan segala-galanya. Dalam hadits riwayat Ahmad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ مَن طالَ عمُرُه وَحَسُنَ عملُه

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Ahmad)

Dan dalam riwayat Thabrani, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

طُوبَى لِمَنْ طَالَ عُمُرُهُ ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ

“Sebuah kebaikan dan kebahagiaan untuk orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Thabrani)

Jadi kalau bicara panjang umur, itu modal untuk bertambah kebaikan kita.

Di dalam riwayat Imam Ahmad, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan bahwa dahulu ada dua orang yang masuk Islamnya bareng, yang satunya lebih giat beribadah daripada yang satunya. Kemudian yang lebih semangat beribadah itu mati syahid, mati di medan perang. Sedangkan yang satunya umurnya tambah satu tahun dan mati biasa. Talhah bin Ubaidillah yang merupakan sahabat untuk dua orang itu dia bermimpi. Dalam mimpinya itu Talhah seakan-akan sedang di pintu surga bersama dua sahabatnya. Tahu-tahu ada yang keluar dari surga menyuruh yang matinya terlambat untuk masuk surga duluan. Kemudian setelah itu keluar lagi menyuruh yang mati syahid masuk, lalu keluar lagi mengatakan kepada Talhah: “Engkau belum waktunya.” Akhirnya Talhah terjaga dan dia bercerita kepada orang-orang tentang mimpi itu sampai berita mimpi itu ke telinga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata berkata kepada para sahabat yang mereka heran kok bisa yang mati syahid masuk surganya terlambat? Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

أَلَيْسَ قَدْ صَامَ بَعْدَهُ رَمَضَانَ؟

“Bukankah orang itu (yang biasa-biasa ibadahnya) dia berpuasa di bulan Ramahadhan?” Sedangkan yang mati syahid tidak sempat berpuasa Ramadhan.

وَصَلَّى بَعْدَهُ سَنَةً سِتَّةَ آلَافِ رَكْعَةٍ وَكَذَا وَكَذَا رَكْعَةً ؟

“Dan dia shalat selamat satu tahun itu 6.000 rakaat atau lebih dari itu?” Lalu sabahat menjawab: “Iya”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa derajat antara dua orang ini seperti antara langit dan bumi.

Umurnya nambah setahun, bayangkan dalam 255 hari dalam Hijriah, ada berapa dzikir yang dia ucapkan, ada berapa shalat yang dia kerjakan, berapa ayat yang dia baca, berapa sedekah yang dia lakukan? Subhanallah. Itu hari-hari yang berkah kalau dibuat untuk beramal shalih.

Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Doa Meminta Kematian

Download mp3 yang lain tentang Al-Adabul Mufrad.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49124-doa-meminta-kematian/